Pengamatan Pergerakan Sirip-sirip Ikan
I. PENDAHULUAN
1.1.Latar
Belakang
Menrut
Windarti et al (2013), fisiologi
adalah suatu ilmu yang mempelajari segala proses yang berlangsung didalam tubuh
makhluk hidup, baik organisme ber sel tunggal maupun organisme ber sel banyak,
termasuk interaksi antar sel, jaringan organ serta semua komunikasi
intersellular, baik yang energetik maupun yang metabolik. Pada ilmu ini juga
membahas tentang faktor-faktor fisik dan kimia yang mempengaruhi makhluk
hidup dari awal mereka hidup, bekembang serta kelangsungan hidup suatu
makhluk hidup. Ilmu fisiologi memiliki cangkupan yang sangat luas, maka dari
itu ilmu ini dibagi lagi menjadi beberapa bagian yaitu: fisiologi virus,
fisiologi bakteri, fisiologi manusia, fisiologi ikan, fisiologi krustacea dan
lain sebagainya.
Hewan
air adalah makhluk hidup yang habitatnya di perairan dan tidak dapat
memanfaatkan secara langsung zat-zat anorganik (organisme heterotrof) tetapi
mereka dapat mendapatkan makanannya dari mikroba, tumbuhan atau hewan lainnya.
Pada umumnya hewan air melakukan pergerakan untuk mencari makananan (Rudi,
2013).
Ikan tergolong sebagai hewan vertebrata
air yang dapat bergerak bebas didalam perairan ketika menembus massa kolom air.
Kekuatan itu salah satunya dipengaruhi oleh adanya sirip yang terdapat pada tubuh
ikan, kontraksi urat daging
pada pangkal-pangkal sirip dan dipermukaan tubuh, serta pengaruh
kondisilingkungan tempat ikan hidup itu berada (Ridwan Manda et al, 2016).
Sirip adalah
organ tubuh ikan yang berfungsi sebagai pendorong dan pengerem, pengemudi, serta
penyeimbang tubuh. Fungsi umum sirip adalah untuk membantu ikan berenang,
walaupun kadang digunakan juga untuk meluncur atau merangkak, seperti pada ikan terbang dan ikan kodok. Ada dua tipe sirip,
yakni sirip yang berpasangan dan sirip tunggal. Sirip yang berpasangan adalah
sirip perut dan sirip dada) sedangkan sirip tunggal terdiri dari
sirip punggung, ekor dandubur (Windarti et
al, 2017).
Menurut Windarti et al. (2013), untuk berlangsungnya
proses-proses yang mendukung kehidupaan
suatu organisme, diperlukan energi yang memadai. Energi ini bersumber
pada makanan yang dimakan oleh organisme tersebut. Pada umumnya makanan yang dimakan tidak langsung dicerna oleh usus, tetapi
diperlukan proses pencernaan terlebih dahulu didalam saluran pencernaan (tractus
digestivus/ tractus alimentarius).
Cara ikan
mengambil atau mendapatkan makanan dari alam dan lingkungan disekitar sangat bervariasi, tergantung pada
ukuran/umur ikan, spesies ikan dan sifat
ikannya. Beberapa jenis ikan mengambil makanan dengan cara memburu mangsa, menunggu mangsa, menyumpit mangsa
serta memikat mangsa. Selain itu
adapula ikan yang mencari makanan dengan cara menghisap dan menyaring
makanan atau disebut filter feeder (Windarti et al, 2017).
Menurut
(Saanin, 1954) betok hanya memiliki satu sirip punggung atau dua sirip punggung
yang bersambungan dengan sirip perut yang tidak bersatu. Ikan ini dapat
mengambil udara di luar air (mempunyai alat labirin). Sirip punggung dan sirip
dubur berjari-jari. Sirip perut dengan 6 jari-jari, sirip punggung dan sirip
dubur dengan satu atau lebih dari satu jari-jari keras, sirip perut dengan 5
jari-jari atau kurang dari 5 jari-jari lemah dan 1 jari-jari keras. Rongga di
atas rongga insang beralat berbentuk labirin, berbentuk gepeng, agak panjang,
lubang insang sempit karena bagian gabungan daun insang lebar.
1.2. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum pengamatan pergerakan
sirip-sirip ikan dan mekanisme ikan mengambil makanan dan laju menghancurkan
makanan di dalam lambung adalah agar kita mengetahui sirip-sirip ikan apa saja
yang bergerak pada arah pergerakan yang berbeda. Selain itu, untuk mengetahui
bagaimana cara ikan mengambil makanan dan berapa lama waktu yang diperlukan
untuk menghancurkan makanan setelah makanan ditelan.
1.3 Manfaat Praktikum
Manfaat
dari praktikum pengamatan pergerakan sirip-sirip ikan dan mekanisme ikan
mengambil makanan dan laju menghancurkan makanan di dalam lambung adalah dapat
menambah pengetahuan tentang faktor apa saja yang mempengaruhi pergerakan sirip
ikan dan mekanisme ikan mengambil makanan serta menghancurkan makanan.
II.TINJAUAN PUSTAKA
Ikan betik bersifat omnivora, memangsa aneka serangga dan
hewan-hewan air yang berukuran kecil disamping itu ikan ini memakan tumbuhan
air seperti jenis javafern atau vallisneria serta beberapa
tumbuhan air mengapung, ikan ini biasanya akan selalu memakan tumbuhan air yang
lunak. Pencarian makanan cenderung dilakukan setiap saat dalam satu hari,
dominan menggunakan visualisasi indra penglihatan Akbar, (2008). Menjelaskan
bahwa pakan merupakan faktor yang sangat menunjang dalam perkembangan budidaya
ikan secara intensif. Fungsi pertama pakan adalah untuk kelangsungan hidup dan
pertumbuhan. Pakan yang dimakan oleh ikan pertama tama digunakan untuk hidup
dan apabila ada kelebihan akan digunakan untuk pertumbuhan.
Dosis
pakan dan frekuensi pemberian pakan setiap hari berpengaruh besar terhadap
kelangsungan hidup dan pertunbuhan ikan. Tujuan pemberian pakan adalah untuk
dikonsumsi oleh ikan budidaya seoptimal mungkin, dan jenis pakan yang diberikan
harus disesuaikan dengan ikan betik yang dibudidayakan. selain itu pakan yang
diberikan harus mempunyai mutu yang baik dan pemberiannya harus tepat waktu
serta ukurannya disesuaikan Pada habitat alami ikan, danau, kanal (sungai
kecil), lubang kecil berair, dan kubangan. Pada percobaan laboratorium yang
menjadi pemicu ikan ini melakukan migrasi adalah faktor kepadatan populasi dan
kekurangan makanan (Jayaram dalam Akbar, 2008 ) Selain bersifat
omnivora, berdasarkan literatur dari situs dinas kelautan dan perikanan RI
diketahui bahwa dilihat dari kebiasaan pakannya betik merupakan jenis ikan
herbivora dengan pakan utamanya adalah tanaman air dan plankton.
Ikan
tidak pernah mengunyah makanannya secara langsung yang artinya ikan tidak
pernah menghancurkan
makanan didalam rongga mulutnya, hal ini dikarenakan ikan tidak memiliki gigi
geraham seperti pada mamalia. 1iasanya proses
penghancuran makanan pada ikan berlangsung di dalam lambung. Lambung dapat
dibedakan menjadi dua yaitu lambung sejati yang terdapat pada ikan golongan
karnivora dan lambung palsu yang terdapat pada ikan golongan cyprinidae. Sementara, untuk ikan
yang tergolong herbivora dan plankton feeders proses penghancuran makanan
berlangsung pada intestinum (Windarti et al,2013).
Menurut
Windarti et al (2013), Proses pencernaan makanan terjadi secara mekanik dan kimia. Proses mekanis
terjadi pada saat makanan dikunyah oleh gigi (didalam mulut), kemudian dilanjutkan dengan proses pencernaan secara
enzimatik didalam lambung serta proses penyerapan di dalam usus.
Kecepatan dan kemampuan lambung, lambung palsu serta
intestinnumikan
menghancurkan makanan
tergantung pada jenis makanan yang dimakan, jenis
enzim yang terdapat dalam saluran pencernaan, bentuk serta ukuran
saluran pencernaan yang dimiliki oleh setiap spesies ikan (Teguh, 2011).
Pada lambung inilah
dapat dilihat jenis makanan yang dimakan dan jumlah makanan yang dimakan sehingga dapat dikelompokkan ikan tersebut
termasuk jenis karnivora, omnivora atau herbivore (Erni,
2013).
Menurut Youlyz (2010), rata-rata pengosongan lambung
merupakan salah satu determinasi utama pada pencernaan makanan dan
berpengatuhan pada aspek ini sangat berguna untuk mendeterminasi frekuensi
makanan optimal yang dipelajari dalam pengosongan lambung adalah spesies
predatpor, suhu, ukuran makanan, kualitas
makanan dan dampak rata-rata pengosongan lambung-lambung terhadap sejarah kehidupan ikan.
Menurut Saluanet Hannan (2004), sebuah komponen
penting dari dan estimasi laju konsumsi random harian adalah tingkat evaluasi lambung-lambung
menilai tindakan evaluasi kecepatan yang bermuara makanan dari lambung. Ini ditentukan dengan melihat
hubungan antara berat sisa mangsa diperut dan waktu setelah makan.
III. METODE PRAKTIKUM
3.1.
Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 28 Februari 2019, pada pukul
10.30-12.30 wib, bertempat di Laboratorium Biologi Perikanan, Fakultas
Perikanan Dan Kelautan, Universitas Riau, Pekanbaru.
3.2.
Bahan dan Alat
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah berupa benih ikan,yaitu
ikan betok (Anabas testudineus)
dengan ukuran 5-6,5cm sebanyak 4 ekor, pakan ikan berupa pellet, serta
alat-alat yang digunakan adalah gunting bedah, tangguk kecil, toples besar,
serbet, alat tulis, nampan, dan buku gambar.
3.3. Metodologi Praktikum
Metode yang digunakan pada praktikum tersebut yaitu metode
pengamatan langsung terhadap objek praktikum yang telah disediakan sehingga
sanggup didapatkan data yang nyata dan seakurat mungkin melalui praktikum
tersebut.
3.4. Prosedur Praktikum
3.4.1 Pengamatan Pergerakan
Sirip-Sirip Ikan
Siapkan
toples 2 buah dan Isi air secukupnya. Ukur panjang SL dan TL ikan yang diuji. Masukkan ikan yang di uji kedalam
masing-masing ember. Perhatikan pergerakan sirip-sirip ikan pada saat ikan
diberi makan yang mengapung dilapisan permukaan air, amati dan catat bentuk dan
arah pergerakan sirip-sirip ikan. Perhatikan pergerakan sirip-sirip ikan pada
saat ikan diberi makan yang berada didasar toples, amati dan catat bentuk serta
arah pergerakannya. Amati pergerakan sirip pada saat : ikan maju, ikan mundur,
diam, bergerak ke atas, turun ke bawah dan berbelok serta bagaimana kombinasi
kerja dari kelima sirip.
3.4.2 Mekanisme Ikan Mengambil Makanan
Dan Laju Menghancurkan Makanan Di Dalam Lambung
Isilah
toples dengan air secukupnya. Ukur SL dan TL ikan yang diuji. Masukkan ikan
yang diuji kedalam toples. Masukkan makanan (pellet). Setiap 5 menit, 10 menit
dan 15 menit, ambillah 1 ikan lalu bedahlah ikan. Amati saluran pencernaan dan
keadaan makanan.
IV.HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Dari
praktikum kali ini diperoleh hasil identifikasi dari ikan yang diamati.
4.1.1. Klasifikasi dan Morfologi Ikan
Betok
Menurut Bloch, 1792 dalam Akbar. 2008, klasifikasi dari ikan betik
sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas :
Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Famili :
Anabantidae
Genus : Anabas
Spesies : Anabas
testudineus
Gambar 1. Ikan Betok (Anabas
testudineus)
Gambar 2. Usus Ikan Betok
Dari praktikum yang telah dilaksanakan didapatlah hasil sebagai berikut dalam
bentuk tabel:
Tabel.1. Pengamatan pergerakan
sirip-sirip ikan pada ikan Ikan Betok
Pergerakan Ikan
|
Dorsal
|
Pectoral
|
Ventral
|
Anal
|
Caudal
|
Atas
|
|
|
|||
Bawah
|
|
|
|||
Kiri
|
|
|
|
||
Kanan
|
|
|
|||
Berbelok
|
|
|
|||
Maju
|
|
|
|
|
|
Mundur
|
|
|
|
|
|
Diam
|
|
Tabel.2.
Analisis saluran pencernaan pada ikan Betok
Ikan
|
waktu
|
Parameter Yang Di Ukur
|
Jenis Makanan
|
Keterangan
|
||
TL
|
SL
|
Mulut
|
||||
1
|
5
|
6 mm
|
5 mm
|
1 cm
|
Pellet
|
Utuh
|
2
|
10
|
6,3 mm
|
5,2 mm
|
1.5 cm
|
Pellet
|
½ utuh
|
3
|
15
|
5 mm
|
4 mm
|
1 cm
|
Pellet
|
Hancur
|
4.2.Pembahasan
Dari hasil pengamatan pertama yang telah didapatkan dari praktikum tersebut
diatas dapat dikatakan bahwa pada pengamatan pergerakan sirip ikan dapat
dinyatakan ikan yang sehat atau tidak terganggu organ pergerakannya akan
memperlihatkan keaktifan gerakannya, ia akan aktif bergerak dengan bantuan dari
semua sirip yang dimilikinya, tetapi apabila kesehatan ikan atau organnya
berupa sirip ini terganggu ini akan mempengaruhi pergerakan dari ikan-ikan
tersebut.
Berdasarkan
pada pengamatan terhadap sirip ekor ikan mas ternyata siripnya memiliki tipe
Homocercel yaitu bila columna vertebralis berakhir tidak persis di ujung ekor,
tapi agak membelok sedikit, tapi ujung membagi diri menjadi dua bagian yang
sama. Tubuh ikan mas terbagi tiga bagian, yaitu kepala, badan, dan ekor. Mulut,
sepasang mata, hidung, dan tutup insang terletak di kepala. Seluruh bagian
tubuh ikan mas ditutupi dengan sisik yang besar, dan berjenis ctenoid. Pada
bagian itu terlihat ada garis linea lateralis, memanjang mulai dari belakang
tutup insang sampai pangkal ekor. Mulut kecil, membelah bagian depan
kepala. Sepasang mata bisa dibilang cukup besar terletak di bagian tengah
kepala di kiri, dan kanan. Sepasang lubang hidung terletak di bagian kepala.
Sepasang tutup insang terletak di bagian belakang kepala. Selain itu, pada
bagian bawah kepala memiliki dua pasang kumis sungut yang pendek.
Sirip pada ikan berperan sangat penting dalam
penentuan arah dan gerak ikan. Sirip pada ikanb terdiri dari sirip
punggung (Dorsal ), sirip perut (Ventral), sirip anus (Anal), sirip dada
(Pectoral), dan sirip ekor (Caudal), kelima sirip tersebut ada yang
bersifat ganda seperti pada sirip dada dan sirip perut, sedangkan yang lainnya
bersifat tunggal. Tidak semua spesies ikan dipermukaan bumi ini memiliki secara
utuh kelima sirip tersebut secara sempurna melainkan ada yang tidak lengkap
(Tim Iktiologi, 2010).
Menurut Alifuddin (2001) ukuran lambung biasanya berkaitan dengan jenis dan
ukuran makanan yang dimakan, ikan yang secara rutin memangsa makanan yang besar
mempunyai lambung yang besar dan sebaliknya bagi ikan yang memangsa makanan
yang kecil, ukuran lambungnya kecil atau tidak mempunyai lambung.
V.KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa pada ikan
alat geraknya berupa sirip, dimana sirip pada ikan terdapat lima jenis yakni
anal,caudal,pectoral,dorsal,dan ventral. Apabila dari kelima sirip ini
ada yang terganggu maka system pergerakan ikan tersebut akan terganggu.
Kemudian mekanisme lajunya penghancuran makanan pada ikan ini dipengaruhi oleh
beberapa sebab yakni jenis makanan yang dimakan, kemudian enzim-enzim yang ada
pada lambung ikan tersebut, dan tergantung juga pada jenis ikannya, dan tak
kalah pentingnya juga waktu turut mempengaruhi lajunya penghancuran makanan
pada lambung. Keterangan dari tabel 2 adalah dinyatakan bahwa dari jenis
makanan yang telah diberikan pada ikan tersebut memiliki variasi yakni dari
ketiga waktu yang berbeda tersebut dinyatakan bahwa ada makanan yang masih
belum hancur, ini ditemukan pada ikan yang pada waktu 5 menit pertama, berarti
dapat diartikan juga bahwa semakin lama waktu yang diberikan maka akan
hancurlah makanan yang telah dimakan ikan tersebut.
5.2.Saran
Dari pengalaman yang sudah dialami oleh praktikan maka praktikan menyarankan
agar untuk kedepannya untuk tidak menggunakan objek praktikum yaitu berupa ikan
jangan yang memiliki ukuran yang masih kecil. Karena akan mempengaruhi kerja
dan memperlambat pekerjaan, karena organ yang diamati masih terlalu kecil.
DAFTAR PUSTAKA
Afandi, 2004. Ikhtiologi, Suatu Panduan Kerja
Laboratorium. Depdikbud, IPB, Bogor.
Fujaya, 2008. Fisiologi Ikan. PT Rineka Cipta,
Jakarta.
Fujaya,
Y. 2004. Fisiologi Ikan Dasar Pengembangan Teknologi Perikanan. PT Rineka
Cipta, Jakarta. 179 hal.
Khairuman,
2002. Budidaya ikan Mas Secara Intensif. PT. Agromedia Pustaka, Jakarta
Rahardjo,
S. 2005. Oseanografi Perikanan I. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan. 141 hal.
Rudi. 2013. Pengertian Hewan Air. http://coretcoretkurangkerjaan.blogspot. com/2013/03/pengertian-hewan-air. Diakses pada tanggal 26 Maret 2014 pukul 19.30 WIB.
Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci identifikasi ikan Jilid I dan II. Bina Cipta, Bandung 250 halaman.
Soeseno. 2004. Ikhtiologi, Suatu Panduan Kerja Laboratorium. Depdikbud, IPB, Bogor.
Windarti et al. 2013. Buku Ajar Fisiologi Hewan Air. Universitas Riau, Pekanbaru.70hal.
Rudi. 2013. Pengertian Hewan Air. http://coretcoretkurangkerjaan.blogspot. com/2013/03/pengertian-hewan-air. Diakses pada tanggal 26 Maret 2014 pukul 19.30 WIB.
Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci identifikasi ikan Jilid I dan II. Bina Cipta, Bandung 250 halaman.
Soeseno. 2004. Ikhtiologi, Suatu Panduan Kerja Laboratorium. Depdikbud, IPB, Bogor.
Windarti et al. 2013. Buku Ajar Fisiologi Hewan Air. Universitas Riau, Pekanbaru.70hal.
Windarti, dkk. 2012 . Buku ajar fisiologi hewan air. Fakultas perikana dan ilmu kelautan Universitas Riau. Hal( Tidak di terbitkan).
Yuwono, E. dan Sukardi, P. 2001. Fisiologi Hewan Air. CV Sagung Seto, Jakarta. 64 hal.
LAMPIRAN
1.
Alat
Penggaris Sarbet
Penghapus Peruncing
Pena Pensil
Tisu Nampan
Toples Tangguk
2.Bahan
Ikan Betok (Anabas testudineus) Pellet
3.
Hasil Praktikum
Letak Usus Panjang
Usus
Komentar
Posting Komentar